Masih hangat diingatan saya ada seorang ibu dari seorang teman yang berkata kepada anaknya yang sedang menjalani tahun terakhir di bangku SMAnya, ”Apa yang ada di dalam otak kamu? Mau makan apa kalau cita-cita jadi musisi!” Tentu saja tidak sekonyong-konyong sang ibu berkata begitu sinis kepada anaknya. Teryata sang ibu secara refleks berkata seperti itu setelah kawan saya, sebut saja David, mengutarakan niatnya kepada sang ibu tercinta bahwa dia berencana untuk mengejar impiannya untuk menjadi seorang musisi profesional dan memupuskan impian orang tuanya melihat anaknya menjadi seorang sarjana ekonomi.
Ada lagi satu cerita yang masih terngiang-ngiang dipikiran saya, lagi-lagi mengenai seorang kawan SMA bernama Wima yang bernazar seumur hidupnya tidak akan pernah mau memakai dasi dan berkantor di dalam sebuah kantor di jalan protokol ibu kota untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pecah gelak tawa dan hujatan kala nazar itu terucap di suatu malam minggu di salah satu warung makan di Bogor kala itu. Sampai muncul satu statement yang cukup mengerikan muncul saat itu, ”Lo akan sulit diterima calon mertua boss!”
Sekarang belum genap sepuluh tahun sejak dua cerita di atas terjadi. David telah mewujudkan impian hidupnya menjadi seorang musisi profesional. Segala daya upaya dikerahkan David untuk mewujudkan impiannya. Ternyata David mempunyai visi kalau ia mau berhasil menjadi seorang musisi profesional di Indonesia, bakat saja tidak cukup untuk dijadikan pegangan. Setelah berhasil mendapatkan pinjaman uang secukupnya, berangkatlah David ke Musician Institute di Hollywood Boulevard, Amerika. Sekarang David sudah menjadi salah satu gitaris yang cukup diperhitungkan keberadaannya di industri musik Indonesia. Beberapa musisi papan atas telah menggunakan jasanya untuk memperkaya karya-karya mereka. David juga sekarang telah menjadi tulang punggung keluarganya. Apa yang terjadi dengan Wima? Wima telah menjadi seorang desainer grafis yang cukup sukses. Berkantor di sebuah rumah di bilangan Buncit, tidak perlu menggunakan dasi sama sekali dalam kesehariannya mencari nafkah dan lucunya Wima menjadi menantu paling disayang.
Dari dua cerita kawan saya dapat terlihat bahwa ada pergeseran nilai-nilai di masyarakat kita. Nilai-nilai konservatif, cenderung bermain aman dan seragam sudah tidak lagi menjadi kiblat. Nilai-nilai baru seperti percaya diri, tahu apa yang diinginkan dan baik untuk diri sendiri, berbeda dari yang lain serta berusaha untuk menjadi spesialis bukan generalis lambat laun mulai merambah generasi muda Indonesia.
Nilai-nilai tersebut juga mulai dilirik oleh dunia Industri di Indonesia. Salah satu contoh yang paling menarik adalah salah satu produk rokok Mild asal Surabaya yang mulai mengadopsi strategi marketing yang tidak konvensional. Mereka menggandeng sembilan ikon yang mempunyai latar belakang dan profesi berbeda untuk mendesain pack rokok mereka sesuai dengan kepribadian mereka masing-masing. Kesembilan ikon yang digadang-gadang memiliki nilai-nilai kehidupan yang sama dengan produk mereka adalah Hanung Bramantyo (Sutradara), David ’Naif’ (Musisi), Demian Aditya (Ilusionis), Riri Mestika (Disk Jockey), Dendy (Desainer), Veroland (Modifikator Motor Besar), Lola Amaria (Bintang Film & Produser), J-Rocks (Grup Band) dan Anton Ismael (Fotografer).
Cerita kesembilan ikon ini mungkin tidak persis sama dengan cerita kedua teman saya. Namun ada satu persamaan diantara mereka yaitu semangat tinggi mendobrak dinding konvensionalitas dengan kepercayaan diri tinggi dalam menjalani hidup mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Mereka sukses dibidang mereka masing-masing tanpa harus berkompromi dengan nilai-nilai yang mereka tidak percayai. Di lain pihak pencapaian mereka dapat memberikan inspirasi kepada orang lain.
Ternyata sudah saatnya kita ucapkan selamat tinggal kepada era lama yang serba konvensional yang serba hati-hati. Mari kita ucapkan selamat datang kepada era baru dimana rasa percaya diri menjadi logika dan kreatifitas menjadi dogmanya.
1 komentar:
sepakat..
sesuatu yg inspiring kayak gini nih yang dicari..'harus bangun dan tunjukkan bahwa kita tidak boleh dipandang sebelah mata..
kecuali sebelah mata"nya SGI :)
Posting Komentar