Hal yang paling mengganjal di hati dan pikiran saya adalah ketika fakta mengungkapkan hampir sebagian besar kaki tangan kelompok teroris yang digalang oleh Noordin M. Top adalah almamater pondok pesantren Ngruki, Surakarta. Tentunya tidak mungkin hanya sebuah kebetulan belaka dong. Sekali lagi beribu maaf buat teman-teman yang mungkin juga jebolan ponpes tersebut atau mungkin ponpes lainnya. Bukan maksud saya untuk memojokan institusi di ponpes. Tetapi pasti ada yang salah di ponpes yang konon dipimpin oleh Abubakar Ba'asyir ini. Apakah diajarkan paham-paham kebencian di sana? Saya juga tidak tahu pasti. Sebut nama-nama seperti Adung, Asmar Latin Sani dan Fathurrahman al-Ghozi adalah beberapa nama jebolan ponpes Ngruki. Dengan mudahnya almamater demi almamater dari Ngruki direkrut dan dicuci otaknya untuk melakukan apa yang mereka percaya sebagai jihad. Pertanyaan yang lebih besar lagi adalah mengapa pemerintah seakan tak berdaya menghadapi institusi ini.
Setelah itu ada Omar Dhani seorang pimpinan angkatan bersenjata paling muda yang pernah dilantik di Indonesia. Marsekal Madya Omar Dhani, lengkapnya dilantik menjadi KSAU pada saat umurnya baru genap 38 tahun. Ironisnya Omar Dhani menutup karir militernya dengan tidak cantik. Almarhum dipecat sebagai KSAU pada tanggal 24 November 1965 karena dituduh terlibat G30S-PKI. Coba tebak atas dasar apa tuduhan itu dibuat! Cuma semata-mata beliau membiarkan Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI) berlatih di pangkalan udara Halim Perdana Kusuma yang menjadi daerah kewenangannya. Pada bulan Desember 1966 Mahmilub menjatuhkan hukuman mati dan mencabut semua pangkat dan bintang Omar Dhani. Tetapi bersama Dr. Soebandrio Omar Dhani mendapatkan grasi setelah menjalani 29 tahun masa kurungan. Empat hari yang lalu Omar Dhani menutup hidupnya dengan menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSPAU) Halim Perdana Kusuma. Omar Dhani dikuburkan di TPU Jeruk Purut secara Militer. APA!!!! Sunggu suatu ketidak konsistenan dari pemerintah dan menunjukan satu lagi indikasi ada yang salah dengan negara tercinta ini.
Dua hal di atas sangat mengganggu pikiran dan hati saya akhir-akhir ini. Berikut satu cuplikan dari pledoi Omar Dhani yang diterbitkan sebagai buku berjudul "Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran dan Tanganku".
Semoga negara ini cepat sembuh.“Bersamaan dengan suara palu hakim, berdentang-dentang bunyi lonceng gereja di
samping gedung Mahmilub. Waktu tepat pukul 00.00 tengah malam, tanggal 24
Desember 1966, bersamaan dengan malam Natal, malam kudus umat Kristiani. Pula
bulan itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci bagi umat Islam.
Pertemuan kekudusan dan kesucian antara dua agama yang bersumber dari Allah.
Tuhan adalah Tuhan seluuh umat manusia. Dipersatukan-Nya dua peristiwa agama
yang besar di bulan itu. Dipersatukannya pula ketokan palu hakim yang mengubah
kisah seorang anak manusia. Putusan Majelis telah diawali dengan kata-kata “Demi
keadilan berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar