11 Desember, 2022

Pesta untuk Para Kaum Tawar 

Di tengah riuhnya kontroversi seputar terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, dari perlakuan tidak manusiawi yang terdokumentasi terhadap pekerja asing, tindak kriminalisasi terhadap kaum LGBTQ oleh peguasa yang otoriter, dugaan suap sampai dengan dugaan korupsi besar-besaran terhadap FIFA yang menunjuk Qatar yang sama sekali tidak mempunyai akar tradisi sepak bola yang kuat, ternyata gelaran pesta bola empat tahunan ini menurut saya lebih menghibur dibandingkan turnamen-turnamen bola dalam kurun 30 tahun ke belakang. 

Berawal dari kejutan tim Arab Saudi yang berhasil membuat El Mesias Lionel Messi terhenyak dan seakan tidak bisa menerima kenyataan bahwa rekor 36 kali tidak terkalahkan timnas Argentina harus berakhir akibat dua gol dari Saleh Al Shehri dan Salem Al Dawsari. Pada saat yang sama pula Argentina gagal untuk menyamakan rekor tak terkalahkan timnas Itali dengan rekor 37 pertandingan tak terkalahkan. 

Kejutan berikutnya datang langsung di hari berikutnya. Tim Der Panzer Jerman dilibas oleh Jepang dengan skenario yang persis sama. Memimpin terlebih dahulu melalui titik pinalti, dan tertinggal dua gol sampai dengan peluit terakhir. 

Selain Jepang, Tim Asia lainnya, Korea Selatan pun tak kalah ciamik performanya selama gelaran Piala Dunia 2022 ini. Walau harus tersingkir di babak 16 besar dan pulang lebih dahulu, Aksi kedua tim Asia ini sangat menghibur. Bahkan semua partai yang mereka mainkan berhasil membuat saya bisa melek sepanjang pertandingan. 

Tim Afrika pun tidak mau kalah dalam menyuguhkan kejutan-kejutan. Tim Kamerun berhasil mengukir sejarah baru dan menjadi tim Afrika pertama yang berhasil mengalahkan Brazil dalam pertandingan sepak bola dalam waktu normal. Okelah Brazil posisinya sudah pasti lolos dan pertandingan melawan Kamerun sudah tidak lagi banyak berpengaruh. Namun sejarah tetaplah sejarah. 

Kejutan terkini yang baru saja terjadi beberapa jam ke belakang datang dari wakil negara Afrika, Maroko. Maroko berhasil membuat Spanyol bertekuk lutut dan mandul selama 90 menit. Spanyol berhasil membuat lebih dari 600 operan namun hanya berhasil membukukan 1 tendangan tepat sasaran sampai dengan menit ke 70. Yang lebih menyakitkan lagi dari kekalahan Spayol adalah ternyata terungkap bahwa mereka diberikan porsi latihan khusus dengan mengambil 1,000 tendangan pinalti selama training camp di Qatar, namun gagal dalam memasukan semua dari 3 kesempatan pinalti pada saat penentuan pada pertandingan melawan Maroko. Sepertinya tim pelatih Spanyol lupa memberi tahu sang pelatih kepala, Luis Enrique bahwa pertandingan bola itu dimenangkan dengan membuat gol lebih banyak ke gawang lawan bukan operan bola. 

Babak 16 besar sudah lewat dan menyisakan 8 tim terbaik yang sejauh ini masih bertahan. Mudah-mudahan masih banyak hiburan dan kejutan yang tercipta sehingga membuat Piala Dunia Qatar 2022 menjadi memorable. Bukan karena kontroversi yang pekat menyelimuti perhelatan kelas Dunia ini yang penuh dengan kesan dipaksakan. Bahkan ada satu fakta lucu yang menguatkan premis tersebut di mana satu dari tujuh stadion yang dijadikan tempat berlaga para gladiator bola ini akan dibongkar dan bisa dikirim ke negara-negara yang membutuhkan infrastruktur ini. Hahahaha belum selesai acara saja sudah bisa dipastikan ada sisi warisan sejarah yang akan berkurang kalau tidak mau dibilang hilang. 

Tapi sejauh ini keputusan saya untuk tidak mendukung salah satu tim nasional (alias menjadi Kaum Tawar) yang berlaga terbukti jitu dan sangat menghibur. Kenapa? Selama ini saya pasti memilih salah satu negara peserta Piala Dunia untuk saya dukung habis-habisan. Berawal dari hanya seru-seruan namun selalu berujung kepada situasi yang menyebalkan. Namun dengan menjadi "Kaum Tawar" semuanya menjadi lebih menyenangkan dan tidak ada beban. Saya bisa lebih menikmati sepak bola secara esensi dan bonus tambahannya bisa meledek kiri-kanan kepada teman-teman yang mukanya cemberut bin tertekuk karena tim jagoannya harus pulang kampung. Malah sampai ada teman yang berujung baku hantam akibat acara empat tahunan ini ~ padahal teman-teman saya bisa dipastikan 100% bukan warga negara tim yang mereka bela. Ironis.

Tidak ada komentar: