Ratusan orang bermotor membawa bendera dengan gambar partai mereka masing-masing mewarnai Jakarta mulai hari ini. Berlagak seperti yang empunya jalan, belok ke kanan, belok ke kiri, memaksa saya untuk minggir dan berhenti untuk berhenti supaya rombongan mereka bisa lewat dengan lancar. Dengan sangat terpaksa, didasari dengan idiom "yang waras ngalah", saya menghentikan mobil dan mengelus dada.
Sebenarnya pesan apa sih yang mereka mau sampaikan ke orang-orang kaya saya yang sampai sekarang masih bingung mau pilih siapa di Pemilu tahun ini. Bukannya simpati dan tergerak untuk mempercayakan suara saya kepada partai mereka. Malah amarah dan antipati yang muncul. Seharusnya mereka sadar kalau pesan mereka itu sama sekali tidak sampai. Itu juga kalau mereka punya sesuatu yang bisa bener-bener dijalankan untuk kepentingan kita semua.
Apa sih program mereka sebenarnya. Tidak ada tuh yang sampai sekarang jelas mereka mau buat apa. Ada yang bilang "Kita harus berpihak kepada petani, pedagang di pasar basah, dll." Caranya bagaimana kang! Ada lagi yang bilang "Bilang stop untuk korupsi." Ahhh klise binti basi.
Pengalaman saya menjalani dua kali masa pemilihan umum adalah kebanyakan nyusahinnya dibanding nyenenginnya. Contoh yang paling gress adalah Polisi jadi takut menjalankan tugasnya menjaga pertandingan bola. Aneh kok bisa tolak kerjaan ya? Mengamankan adalah tugas Polisi, bukannya kerja malah tidak mau keluarkan ijin? Lucu ya.
Untuk penggila bola seperti saya yang tidak mampu berlangganan TV kabel dan sudah tidak kuat lagi begadang, tayangan langsung sepak bola nasional di jam-jam prime time adalah hiburan gratis yang sangat berharga. Gara-gara kegiatan pembodohan publik yang lagi rame-ramenya lenyap sudah satu-satunya hiburan di akhir minggu.
Ini cuma sekedar jeritan desparate orang yang tidak usah didengar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar